MENJADI HACKER ATAU CRACKER
PERSOALAN DASAR
Hacker dalam tulisan Eric Steven Raymond adalah ” there is a
community, a shared culture, of expert programmers and networking
wizards that its history back trough decades to the firs time-sharing
minicomputers and the earliesr ARPAnet experiment”
Dengan kata lain, Raymon mengatakan, “the members of this culture
originated the term ‘hacker'”. Para hackerlah yang kemudian
memperkenalkan internet, membuat program sistem operasi UNIX hingga
bisa digunakan saat ini. Dan para hacker pula lah yang telah berjasa
dalam menjalankan World Wide Web sehingga dapat dinikmati oleh semua
orang di seluruh dunia di belahan manapun dia berada asal
terkoneksi pada internet. Lebih lanjut Raymon mengatakan ” jika
anda berada pada komunitas ini dan jika anda memiliki konstribusi
didalamnya, dan kemudian orang mengenal anda sebagai hacker, maka
anda adalah seorang hacker”.
Sekilas dari pandangan Raymon kita dapat satu definisi bahwa
seorang hacker bukanlah orang yang jahat seperti yang kita pikirkan
selama ini. Ya, jika mereka memang bisa masuk kedalam komputer kita
(malalui jaringan internet) karena mereka bisa menguasai ilmunya.
Namun jika ada orang yang kemudian masuk secara ilegal kedalam
komputer kita dan kemudian “mencuri dan mengacak-ngacak” data kita,
mereka adalah CRACKER. Dan bisa jadi mereka adalah seorang hacker
dalam dunia yang berbeda. Dengan kata lin, mereka semua adalah para
ahli dalam hal teknologi informasi ini dan berkecimpung serius
didalamnya.
Namun untuk menghindari kerancuan, maka sebuah kata kunci dalam
masalah ini, menurut Raymon adalah perbedaan antara keduanya; seorang
Hacker adalah dia yang membangun sistem, sementara seorang Cracker
malah “menghancurkannya”. (How to become a hacker, Eric S. Raymond,
2001).
Kapan istilah hacker menjadi trend sebagai sebuah kejahatan yang
menakutkan? Tidak lain karena “dosa” pakar film di hollywood yang
membiaskan istilah hacker dan cracker ini. Banyak film yang mengangkat
tema hacker dalam sebuah bentuk “penghancuran sistem informasi ”
yang seharusnya makna itu diterapkan pada seorang cracker.
Sebut misalnya film the Net (1995), Take Down(1999). Film tersebut mengangkat tema hacker untuk menyebut cracker.
Dan dari kesalah penafsiran tadi, hingga kini pun istilah hacker
masih dibiaskan dengan istilah cracker. Kerancuan itu tidak hanya
terjadi di Indonesia saja, bahkan di luar negeripun pandangan
terhadap keduanya sama seperti itu.
Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara anggota
organisasi mahasiswa Tech Model Railroad club di Lab Kecerdasan
Artifisial Masschusetts Institute Of Teknology (MIT). Istilah hacker
awalnya bermakna positif untukmenyebut seorang anggota yang memiliki
keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat progranm komputer
dengan lebih baik ketimbang yang ada sebelumnya (Memahmi
karakteristik Komunitas Hacker: Studi Kasus pada Komunitas Hacker
Indonesia, Donny B.U, M.Si)
Mungkin sekilas tentang definisi di atas cukup untuk membatasi
sejauhmana peranan seorang hacker dan cracker itu. Tulisan ini tidak
akan mengangkat sejarah hacker dan awal mula kerancuannya. Namun
lebih menitik beratkan pada bagaimana seandainya kita belajar
menjadi hacker. Atau lebih spesifik, bisakah kita menjadi seorang
hacker?
Dalam tulisan How to Become a Hacker, Eric Steven Raymon
mengatakan bahwa menjadi hacker tidaklah segampang yang dikira.
Langkah awal untuk menjadi seorang hacker haruslah menguasai minimal
5 bahasa pemrograman yang ada. Ia menyebut bahasa pemrograman
C/C++, Java,Perl, Phyton & LISP. Selain itu mampu berinteraksi
dengan program HTML untuk dapat membangun komunikasi dengan jaringan
internet. Semua dasar diatas adalah ilmu yang “wajib” dimiliki jika
kita memang berminat untuk menjadi seorang hacker sejati. Karena
pada dasarnya menjadi Hacker adalah penguasaan terhadap membaca dan
menulis kode.
Kenapa kode? Karena memang komputer yang kita jalankan setiap hari
pada intinya adalah terdiri dari berbagai kode instruksi yang cukup
rumit.
Selain penguasaan terhadap bahasa pemrograman diatas, kita pun
harus punya bekal yang cukup dalam berbahasa inggris untuk dapat
saling bertukar pikiran dengan komunitas hacker dari seluruh dunia.
Ini tidak dilarang karena pada umumnya, mereka (anggota komunitas
tersebut) memiliki kode etik tersendiri tentang open-source atau
kode-kode program yang boleh dibuka dan diutak atik oleh orang lain.
Contoh, kode-kode Linux yang marak di perkenalkan baru-baru ini
memiliki konsep open source dan karenanya bisa dimiliki oleh khalayak
ramai dengan sebutan free software.
Kembali pada persoalan diatas, menjadi seorang hacker untuk tujuan
saling berbagi ilmu dalam teknologi informasi ini, atau dalam arti
yang lebih luas untuk memudahkan pemakai komputer pada masa yang
akan datang, bukanlah hal harus ditakuti. Sebaliknya, ilmu tersebut
harus diterjemahkan dan sama-sama digali sehingga menjadi bagian
terintegral dalam memahami lika-liku dunia cyber. Asal saja kita
tidak terjebak pada prilaku yang negatif sehingga menjadi seorang
cracker yang membobol sitem rahasia orang lain.
Ketika kita meniatkan diri untuk lebih akrab dengan dunia hacker,
maka selain beberapa bekal yang disebutkan diatas, penguasaan bahasa
pemrograman, html dan bahasa inggris, nampaknya niat tersebut harus
juga dilengkapi dengan satu sikap mendasar tentang orientasi dan
tujuan awal kita menjadi seorang hacker. Alih-alih menjadi seorang
pakar pemrograman yang baik, jika tidak benar malah bisa terjebak pada
prilaku negativ yang tidak hanya merugikan orang lain tapi
merugikan diri sendiri. Konon, jika seandainya saja anda menjadi
seorang cracker dan anda dikenal suka membuka rahasia orang lain,
maka, jangan harap anda dapat dengan mudah berjalan-jalan kemanca
negara. Karena, kata beberapa sumber, nama anda sudah di “black
list” sebagai penjahat cyber?
Di sisi ini menarik untuk di simak, satu sisi, kita butuh
teknologi canggih yang kerap bermunculan dalam hitungan detik, sisi
lain ada kehawatiran takut terjebak pada pola “nyeleneh” yang
berakibat patal. Namun demikian, sebagai satu sikap, kita berpijak
pada satu kesepakatan, bahwa mempelajari bahasa-bahasa yang
ditawarkan oleh Eric Steven Raymon diatas, adalah hal yang baik.
Karena dengan mempelajarinya, kita minimal dapat mendapat solusi untuk
membuat program yang berguna bagi orang lain. Dan jika ini
dilakukan, percayalah, anda adalah seorang hacker.
0 komentar:
Posting Komentar